BLOG ini hanyalah bualan-bualan semata, tidak berorientasi pada apapun. Mencoba Menulis hanyalah sebuah eksperimen seorang yang konyol untuk merepresentasikan otaknya yang kosong.

Selasa, 02 Oktober 2007

”Maaf Saya Bukan Penggemar Ustadz favorit Anda.

Saya selalu melihat bulan puasa adalah bulan euforia, sama seperti bulan Agustus yang menjadi euforianya nasionalisme. Saya selalu melihat kemunafikan membabi buta dan ayat-ayat Tuhan dijadikan komoditi. Komoditi yang menggiurkan seperti CPO dunia yang tak ada habis-habisnya. Maka secara hukum ekonomi banyak pemain yang terlibat di dalamnya, mereka adalah ustadz-ustadz selebritis.

Saya sudah tidak tertarik sama si Jeffry, Arifin. Dan si Gymnastiar. Begitu pun dengan ustadz-ustadz yang sering muncul di TV. Mereka semua terlalu over, membawakanayat-ayat Allah hanya untuk bahan cari popularitas. Maaf jika para pengemar ustadz-ustadz ini tersinggung, tapi saya tetap pada pendirian saya. Lalu ketika anda berfikir saya bukan islam, anda salah saya masih islam walaupun hanya Islam KTP. Tapi saya tidak sendiri, karena yang Islam KTP jumlahnya jutaan di Indonesia.

Ustadz Jeffry Al Buchori alias Uje, begitulah namanya disebut di Televisi. Ustadz gaul ini kerap muncul di sela-sela sebelum bedug maghrib, saat sahur, Iklan produk, acara-acara musik Ramadhan, pengajian rutin mingguan, wah pokoknya banyak deh. Bayangkan berapa penghasilannya sebulan, tentu sangat besar dan jauh bila dibandingkan dengan buruh kontrak seperti saya. Eksploitasi yang besar-besaran dari media lah yang membuat dia kehilangan esensi keagamaannya. Sehingga dikhawatirkan dia bukan ceramah berdasarkan agama tetapi uang.

Uje juga sering mengisahkan masa lalunya sebagai pecandu narkoba dan kemudian bertaubat menjadi ustadz. Bagus memang tapi jika terlalu di ekspos orang-orang juga bosan mendengar celoteh seperti itu. Hal yang membuat saya yakin dia sebagai selebritis adalah seringnya dia menyanyi di berbagai acara bahkan dia sudah membuat album. Dan apakah dia sadar bahwa saat dia bernyanyi-nyanyi banyak orang yang menangis kelaparan.

Ustadz Arifin Ilham, sama seperti Uje sering tampil di televisi terutama di sinetron hidayah dan acara-acara dzikir. Ustadz ini adalah ustadz yang sangat rajin berzikir, mengagungkan nama Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad. Lalu apa yang salah dengan dia, jawabannya tidak ada. Saya hanya tidak suka melihat orang yang individual. Individual dalam artian terlalu sibuk berurusan dengan Tuhan sedangkan manusia-manusia disekelilingnya banyak yang menderita. Tugas manusia adalah memberikan manfaat di sekitarnya. Apakah semua urusan bisa diselesaikan dengan doa dan dzikir. Doa dan dzikir adalah obat hati, tapi ikhtiar adalah pergerakan.

Abdullah Gymnastiar a.k.a Aa Gym, seorang ulama asal Bandung yang mengajarkan kesederhanaan, kepedulian terhadap lingkungan, serta kemampuan mengelola hati. Secara prinsipal dia merangkum ajarannya dalam tema Manajemen Qalbu. Tema ini pula lah yang dia jadikan sebagai merek dagang, tapi dia lebih memilih menyingkatnya menjadi MQ. Sejalan dengan kondangnya Aa Gym, MQ pun menjadi perusahaan besar dan mempunyai berbagai macam usaha seperti MQ TV, MQ radio, MQ busana, MQ travel, MQ mini market dan masih banyak lagi.

Ajaran Aa gym menurut saya adalahajaran yang paling relevan bagi bangsa kita saat ini. Banyak warga miskin yang dia bantu untuk usaha atau bekerja sehingga tidak menjadi sampah masyarakat. Para santri pun dia latih agar menjadi santri siap guna, agar kelak si santri tidak hanya pandai mengaji tetapi juga menjadi manfaat di sekelilingnya. Sayang sekarang pamornya turun karena poligami, sebuah perbuatan yang kurang disukai di negeri ini terutama bagi kaum hawa. Media massa yang dulu mengangkat namanya kini menjatuhkannya bertubi-tubi, menegaskan bahwa media massa terutama acara Gossip adalah kadal kemunafikan. Tapi saya tidak peduli dengan poligami yang dilakukan Aa, bukan urusan yang mendesak untuk diperdebatkan sehingga melupakan masalah yang sebenarnya terjadi.

Suatu hal yang menjadi ketidak sukaan saya terhadap Aa Gym adalah karena dia terlalu dekat dengan pejabat. Sudah jelas mereka itu korup dan menyengsarakan rakyat, jadi jangan kompromisama mereka. Pejabat-pejabat itu sering mengundang ulama seperti Aa Gym untuk berceramah di tempatnya dengan iming-iming uang yang esar untuk mengalihkan perhatian ulama kepada pengajian masyarakat yang berkantung tipis. Pejabat-pejabat itu juga ingin mengesankan bahwa mereka itu dekat dengan ulama sehingga mereka bisa dicap sholeh. Dan dengan begitu angkah untuk kembali enjadi penguasa terbuka lebar.

Dosa ustadz ustadz ini tentu tidaklah sebesar dosa saya, seorang kafir yang tidak pernah menjalankan sholat hanya karena alasan miris melihat banyak orang sholat tetapi masih membunuh, memperkosa, korupsi, dan memfitnah. Ustadz-ustadz ini hanya terjebak pada eksploitasi kapitalisme televisi. Mereka menjadi produk peningkat rating sehingga banyak para pengiklan yang beriklan di stasiun TV. Para ustadz-ustadz ini cenderung menjadi sahabat para pejabat-pejabat yang jelas sering menyengsarakan rakyat. Padahal seharusnya kaum ulama dapat menjadi kaum kebenaran dan keadilan, tetapi yang terjadi mereka menjadi kelas sosial yang baru. Saya sangat rindu akan hadirnya ulama ulama seperti H. Agus Salim, dan Buya Hamka yang berani berjuang bersama rakyat. Sayangnya ustadz-ustadz yang berpengaruh saat ini sudah di plot sebagai selebritis untuk main sinetron, menyanyi, dan di gossipkan. Jadi ketika anda sudah mengidolakan para ustadz selebritis, saya hanya bisa berkata ”Maaf Saya Bukan Penggemar Ustadz favorit Anda.

1 komentar:

JUANAN URKIJO mengatakan...

Saludos desde España.