BLOG ini hanyalah bualan-bualan semata, tidak berorientasi pada apapun. Mencoba Menulis hanyalah sebuah eksperimen seorang yang konyol untuk merepresentasikan otaknya yang kosong.

Sabtu, 06 Oktober 2007

From Hell to Bandung 1

Malam minggu yang cukup lenggang di Jakarta, tak seperti biasanya padat oleh kendaraan dan polusi, polusi lalu lintas. Perjalanan dari Grogol ke Bandung cukup cepat hanya 3 jam , dapat menghemat waktu sekitar 1 jam dari biasanya (Hah Are you kidding). Naik bis Mayasari yang murah dari Grogol ke arah Cawang memakan waktu sekitar 45 menit. Situasi bis cukup menjengkelkan sangat sesak, panas, dan bis banyak ngetem. Tapi itulah fasilitas yang didapat jika hanya membayar 2500 perak. Transportasi di Indonesia memang perlu banyak perubahan terutama dalam hal kenyamanan.

Sampai di Cawang menunggu bis dari kampung rambutan ke Leuwipanjang. Cawang memang menjadi terminal bayangan di Jakarta karena hampir semua angkutan umum dari dan menuju kampung rambutan mampir disini. Hanya dua menit bis yang dinanti telah tiba, suasananya kosong mungkin karena sudah banyak orang yang pergi ke Bandung sehari sebelumnya. Sebenarnya banyak pilihan armada selain bis untuk menuju Bandung dari Jakarta, mulai dari Travel yang menjamur, Kereta Api, dan Pesawat terbang.

Semenjak dibangunnya tol Cipularang pada tahun 2005, kereta api nampaknya bukan pilihan utama, karena waktu tempuhnya lama ditambah sering terjadi kecelakaan di moda transportasi ini. Bis menjadi moda transportasi yang cukup murah namun juga memiliki kelemahan karena bis sering ngetem seenaknya untuk cari penumpang, jadi waktu tempuhnya sama saja dengan kereta, lama. Travel nampaknya menjadi pilihan yang cukup diminati karena selain jarang ngetem, waktu tempuh yang cukup cepat harganya pun cukup bersaing tidak terlalu mahal. Alternatif terakhir adalah pesawat terbang, namun terlalu mahal dan terlalu cepat jika harus menggunakan pesawat ke Bandung, perjalanan menjadi tidak menyenangkan. Dan pilihan saya tetap menggunakan bis, karena selain murah rumah saya cukup dekat dari terminal Leuwipanjang. Waktu tempuh bukan masalah.

Bis mulai berjalan lambat saat memasuki tol Cikampek. Kendaraan besar merajai jalanan tol yang sempit sedangkan mobil-mobil kecil menyalip satu persatu The Big Truck hingga menembus bahu jalan dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Resiko mati adalah harga yang harus dibayar dalam perjalan ke timur ini. Perjalanan dari neraka ke Bandung. Bis yang ditumpangi tak henti-hentinya menyetel vcd dangdut yang suaranya nggak karuan dan menampilkan goyang erotis tapi tidak membangkitkan nafsu, melainkan menjijikan. Tidur adalah pilihan terbaik namun musik itu terus mengganggu. Saya pikir musik itu adalah kesukaan sang supir, Dasar supir cabul.

Di sekitar Cikarang yang penuh dengan pemandangan pabrik, bis sudah berjalan cepat mampu berlari hingga 80 km/ jam mungkin karena sang diesel sudah mencapai titik panasnya atau jalanan yang memang lowong. Di pinggir tol juga nampak jejeran truk-truk yang sedang beristirahat atau sang supir hanya sekedar bersetubuh melepaskan hasrat pada pelacur-pelacur jalanan. Ah hanya sekedar dugaan, tak semua supir truk berbuat seperti itu karena yang tampak hanyalah truk-truk yang sedang diperbaiki komponennya.

Perlahan tapi pasti bis melaju menuju tol Cipularang. Jalan tol sudah mulai tidak enak dikendarai karena permukaannya tidak rata. Jalan tol ini memang baru tapi sangat jauh berbeda kualitasnya bila dibandingkan dengan tol Cikampek, sangat buruk. Usut punya usut jalan tol tersebut dibuat oleh kontraktor lokal atau lebih tepatnya pemerintah (PT Adhi Karya dan Waskita) dan juga dibuat dengan terburu-buru karena mengejar deadline untuk Konferensi Asia Afrika ke 50 di Bandung pada tahun 2005, jadi kualitas pengerjaan mulai diabaikan. Hal ini terbukti dengan beberapa kali amblasnya ruas tol ini, terutama di km 91-93 atau di sekitar Pasirhonje, Sukatani Purwakarta. Jalur itu rawan karena itu zona kerentanan tanah tinggi. Jalur itu, melintas di atas formasi Jatiluhur yang batuannya berupa batu lempung. ''Batu lempung itu jika kena air maka akan mengembang. Sehingga, menyebabkan badan jalan di atasnya ambles, retak-retak, atau bergelombang''. Cara yang ditempuh untuk mengatasi amblesan jalan itu dengan cut and fill tanah, pembuatan tiang pancang, atau pembuatan jalan layang. Namun kontraktor cenderung mengabaikan kondisi ini, mungkin juga karena alasan biaya.

Dua jam setelah perjalanan, bis mulai memasuki wilayah Padalarang. Karena jalan tol dibuat diatas bukit-bukit maka terlihat gemerlap lampu-lampu yang berkilauan di Padalarang. Suasana malam yang sepi mendadak terasa ramai dengan kilauan cahaya, sama halnya dengan pasar malam. Bis yang ditumpangi tidak langsung menuju Bandung namun singgah sejenak di Padalarang untuk menurunkan penumpang yang berdomisili disana.

Bis yang ditumpangi kembali masuk ke dalam tol untuk menuju Bandung namun berputar arah dulu di Kota Baru Parahyangan. Kota Baru Parahyangan adalah sebuah komplek hunian mewah yang serba lengkap di daerah Padalarang. Didalamnya terdapat sekolah, universitas, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan. Sebuah hunian yang nyaman dan mahal serta masyarakatnya yang sudah pasti individualis.

Reklame-reklame pusat perbelanjaan, Factory Outlet, restoran dan hotel mulai menunjukkan taringnya di jalan tol. Target mereka adalah orang-orang kaya yang singgah ke Bandung terutama dari Jakarta. Reklame itu mulai terlihat seperti sampah dan mengganggu pemandangan yang indah di kota ini. Tapi yang membuat sesak adalah VCD dangdut cabul yang disetel si Supir belum juga dihentikan. Gila! Mungkin si supir punya banyak stock VCD cabul.

Wangi hujan sudah tercium ketika kaki menginjak bumi. Wangi yang sudah lama tak tercium sejak berhijrah ke neraka Jakarta. Dan suara orang-orang yang dulu kukenal sayup sayup memanggil namaku. Dengan senyuman tanda puas perjalanan dari neraka kuakhiri di sebuah rumah sederhana, rumah di perempatan gang kecil yang hanya muat dimasuki satu mobil, rumah dimana aku dibesarkan dengan hati.

Tidak ada komentar: