BLOG ini hanyalah bualan-bualan semata, tidak berorientasi pada apapun. Mencoba Menulis hanyalah sebuah eksperimen seorang yang konyol untuk merepresentasikan otaknya yang kosong.

Selasa, 18 September 2007

AKU INGIN MENJADI KOPI TUBRUK

Selamat Pagi Kawan! Sambut ceria seorang kopi hitam yang dengan hangat menyapa ketika gigi masih bermentega, bibir masih tersisa cairan putih dan rambut masih berantakan bertubrukan ke arah yang saling berlawanan.
Seorang kopi bernama tubruk sudah terbangun dari tidurnya, mendekapku dengan mesra serta bergairah. Perawakannya hitam legam, aroma tubuhnya pekat tapi dari situ dia memancarkan sebuah kesederhanaan yang sudah langka di negeri ini. Dia memang pahit tapi dari rasanya itu tecermin sebuah kejujuran yang jarang kita dapat di kehidupan sehari hari. Kejujuran bahwa kopi memang pahit tapi disukai banyak orang.
Setelah malam hari yang penat membaca sajak Wiji Thukul ” Aku Ingin Jadi Peluru” dan cerpennya Dee ”Filosofi Kopi”, dipagi hari saya bisa berkata ”Aku Ingin Menjadi Kopi Tubruk”. Bukan Cappucino yang selalu menutupi pribadinya yang pahit dengan tampilan yang cantik dan mahal karena dipadu esspreso yang mahal serta krim yang enak tapi membuat kadar lemak dalam tubuh semakin beranak pinak.
Hanya Barista handal yang bisa membuat Cappucino enak dan hanya orang berkantong tebal yang bisa menikmati tubuhnya. Sebuah harga yang mahal untuk membeli sebuah kepalsuan. Sedangkan disisi lain seorang pemulung masih bisa membuat dan merasakan nikmatnya Kopi Tubruk yang jujur.
Pernah terbayang apa jadinya Indonesia tanpa kopi tubruk. Orang orang pinggiran tidak bisa mengemukakan pendapatnya secara demokrasi kepada sesamanya dipinggir gang sempit yang juga tempat berdiam para keturunan tikus got. Pak hansip yang gajinya berdasarkan belas kasihan akan selalu tertidur di posnya karena terkantuk-kantuk tak ada kopi tubruk yang menemani. Lalu para sopir truk lebih memilih tidur bersama pelacur-pelacur jalanan daripada harus jengah berlama-lama dirumah istri tuanya karena sang istri tua sudah tidak pernah membuatkan dia kopi tubruk.
Siapa yang sanggup menggantikan kopi tubruk di Indonesia. Apakah Cappucino, Coffelatte, atau Moccacino. Rasanya Teh Panas saja tidak bisa menandingi hebatnya Kopi Tubruk apalagi mereka bertiga.

Tidak ada komentar: