BLOG ini hanyalah bualan-bualan semata, tidak berorientasi pada apapun. Mencoba Menulis hanyalah sebuah eksperimen seorang yang konyol untuk merepresentasikan otaknya yang kosong.

Minggu, 21 Oktober 2007

Secangkir Kopi Rindu

Secangkir Kopi untuk sebuah perayaan adalah cukup!
Bukan ingin mengelak dari kebiasaan masyarakat
Bersukacita menyambut kebebasan setan yang terbelenggu
Berpesta dengan ketupat, opor ayam, dan sambal goreng Ati
Secangkir Kopi nampaknya sudah cukup sebagai pengganti
Pengganti Kerinduan pada Keluarga.
Aku Tidak Pulang
Pulang ke tempat dimana raga dibesarkan
Dan di pedalaman yang penuh gedung tinggi
Aku duduk terdiam, merenung
dan kembali menengguk Kopi
Karena Aku Tidak Pulang.

-van- (Saat Perayaan Suci)

Sabtu, 13 Oktober 2007

From Hell to Bandung 2

Malam menjelang pagi, saat orang-orang masih tertidur dengan selimutnya yang tebal atau mungkin selimutnya yang hidup sebagian jiwa sudah berkeliaran di jalanan. Jiwa-jiwa yang haus akan kerinduan pada kampung halaman dan indahnya masa lalu. Dan dengan rasa haus itu mereka semakin bernafsu untuk sebuah tujuan, “Pulang”. Suatu hal yang bisa dirasakan paling tidak setahun sekali, tepatnya pada saat perayaan suci.

Kebiasaan serta budaya lah yang membuat jiwa-jiwa tersebut mempunyai tujuan yang sama saat perayaan suci. Dan sebuah konsekuensi yang harus diambil adalah kesengsaraan yang mau tidak mau harus dimaklumi. Jiwa-jiwa harus rela berdesak-desakan terhimpit dalam perjalanan atau membayar harga yang lebih mahal untuk sebuah kenyamanan. Tak peduli penjajah bangsa menaikkan ongkos pulang seudele dewe, jiwa-jiwa tetap kokoh pada pendiriannya. Penjajah pun tertawa mendapat keuntungan besar walaupun mendermakan kesengsaraan pada jiwa-jiwa yang ingin pulang.

Pergerakan jiwa mulai mencapai puncaknya pada tiga hari sebelum perayaan suci. Pergerakan yang akan memakan banyak waktu, tenaga, biaya, bahkan nyawa. Pergerakan dari neraka jahanam ini biasanya akan berakhir kira-kira seminggu setelah perayaan suci, karena pada saat itu jiwa-jiwa sudah kembali bekerja pada pos mereka masing-masing. Tapi satu hal yang positif dari perjalanan ini adalah karena adanya transformasi kekayaan dari kota ke pedesaan. orang-orang desa yang kebanyakan selama setahun harus hidup susah, dalam satu hari perayaan suci mereka bisa berbahagia. Dan mau tidak mau kita harus sadar bahwa transformasi ini hanya bersifat temporary karena setelah dahaga jiwa-jiwa yang haus terpuaskan, mereka akan pergi lagi ke perantauan lalu kembali setahun kemudian jika mampu.

Perjalanan ke timur adalah perjalanan paling diminati oleh banyak jiwa di Jakarta. Mungkin di timur jauh sana banyak surga-surga yang menanti mereka dengan hati yang terbuka. Surga-surga itu juga sudah siap menerima sampah ibukota yang sudah menjadi pribadi-pribadi yang aneh. Rute Anyer-Panarukan adalah rute favorit setiap jiwa yang akan pulang, namun beberapa ruas jalan buatan Tuan Besar Daendels ini sudah tidak terpakai karena digantikan jalan tol buatan Tuan Besar Soeharto. Tol Cikampek adalah salah satu penghubung jiwa-jiwa sunyi itu, tol yang membentang sepanjang 80 km dari timur Jakarta hingga Cikampek dimana setiap detiknya dipastikan ada 1 atau 2 kendaraan melintas. Dan berkat kecerdasan intelektual kaum kapital, jalan tol ini sengaja dinaikkan tarifnya sebulan sebelum perayaan suci sehingga pada saatnya nanti pundi-pundi rupiah akan bekerja untuk mereka.

Sebuah ironi yang didapat ketika semua kenaikan tarif tidak berimbas pada kenaikan kualitas. Lagi-lagi kemakluman tanpa batas harus dilakukan oleh jiwa-jiwa yang haus. Antara Karawang-Bekasi kembali harus menjadi saksi sejarah. Bukan penembakan pasukan republik oleh tentara NICA, tapi penyengsaraan rakyat oleh republik. Kesengsaraan karena macet, tabrakan, dan kematian seolah sudah menjadi agenda tahunan yang selalu ditingkatkan. Perjalanan yang seharusnya ditempuh tanpa hambatan harus dilalui dengan ujian kesabaran. Delapan puluh kilometer harus ditempuh dalam waktu 6 Jam adalah kegagalan besar jalan tol.

Bandung yang jaraknya tidak terlalu jauh dari “The Hell” seharusnya bisa ditempuh dalam waktu singkat, namun karena ketidaksiapan pemerintah dalam menghadapi event tahunan ini maka perjalanan ke Bandung harus ditempuh dalam waktu 7 jam. Dan dengan semangat juang akhirnya kesengsaraan di tol Cikampek bisa dikalahkan. Kekalahan mutlak ini harus dibayar dengan darah Dirjen Dinas Perhubungan, JasaMarga, Polisi, DPR, dan Presiden. Darah segar mereka nampaknya akan menghilangkan dahaga jiwa-jiwa yang kehausan, vendetta ini dihalalkan untuk kaum yang disengsarakan.

Perayaan suci itu akhirnya tiba, namun tidak bersamaan karena beberapa golongan punya perhitungan bulan masing-masing. Muhammadiyah hari Jum’at dan sisanya hari Sabtu. Perbedaan ini bukan masalah untuk saya, justru karena perbedaan ini dunia menjadi lebih berwarna dan indah. Perjalanan yang penuh penderitaan ini akan terasa nikmat ketika jiwa-jiwa yang haus berhasil menemui surganya masing-masing dengan selamat. Perjalanan ini seperti onani konyol, jiwa-jiwa dipaksa menikmati persetubuhan fiksi dengan kenikmatan orgasme yang serba tanggung. Dan jika itu adanya, maka saya termasuk jiwa-jiwa yang beronani pada perayaan suci.

***

Sabtu, 06 Oktober 2007

Percakapan Penjahat Idealis (sundanese Version)

Di Sabtu yang cerah tanggal 6 Oktober 2007, sehari setelah ulang tahun ABRI (RIP).

Obrolan Antara Bandung dan Jakarta


[10:15] ivanhadi_p: HARI SABTU LEMBUR WAE YEUH !
[10:15] askarinayualia: heu euh..!!
[10:16] ivanhadi_p: kejar setoran?
[10:16] askarinayualia: emg asup gawe..
[10:17] ivanhadi_p: HAHAHA Perusahaan maneh jeung urang sarua berarti!
[10:17] ivanhadi_p: kapitalis YAHUDI
[10:17] askarinayualia: iyup..!!!
[10:17] askarinayualia:
[10:18] ivanhadi_p: Libur lebaran Mulai Iraha Yu?
[10:18] askarinayualia: 12-15
[10:19] ivanhadi_p: ANJRIT SARUA Urang OGE. teu seubeuh uy
[10:20] askarinayualia: pastinya..
[10:20] ivanhadi_p: pegawe negri mah nepi ka 2 minggu
[10:20] askarinayualia: heu-euh..
[10:22] ivanhadi_p: btw LIPI karek buka lowongan jadi PNS, rek ngilu moal
[10:22] askarinayualia: heu-euh..
[10:22] askarinayualia: urg ge rek register ayeuna
[10:22] askarinayualia: eh tapi emg gawe na na2onan..?
[10:22] askarinayualia: hehe
[10:23] ivanhadi_p: nya kikituan weh pegawe negeri mah CICING tapi Dibayar
[10:23] askarinayualia: maneh eudeuk?
[10:24] ivanhadi_p: urang geus register tinggal cetak ngan eweuh print berwarna na
[10:25] askarinayualia: ah ur g geerk sakeudeung deui ah
[10:25] askarinayualia: kaburu si bos datang..!
[10:25] askarinayualia:
[10:26] ivanhadi_p: emang kunaon, maneh teu meunang kaluar ?
[10:27] askarinayualia: henteu,,
[10:27] askarinayualia: etika weh..
[10:28] ivanhadi_p: ah ngomong weh teu meunang kaluar ku si bosna nya? kan udah terlanjur sayang sama kamu tuh
[10:28] askarinayualia: hihi
[10:28] askarinayualia: ah kau..!!:">
[10:29] ivanhadi_p: btw eta lipi kira2 ditempatkeunna di luar jawa teu nya?
[10:30] askarinayualia: naha kitu..?
[10:37] ivanhadi_p: mun di luar jawa mah bedo! daek di tempatkeun di leuweung?
[10:44] askarinayualia: enya oge nya..
[10:45] ivanhadi_p: eh pagawe negeri lulusan D3 gajina sabaraha?
[10:45] askarinayualia: tah eta nu urang teu nyaho
[10:45] ivanhadi_p: mun leutik ge nanaonan atuh kacape cape daftar
[10:48] askarinayualia: enya nanya ka saha atuh nya?
[10:48] ivanhadi_p: ari bokap ente lainna pegawe negri?
[10:48] askarinayualia: lain
[10:48] askarinayualia: BUMN
[10:49] ivanhadi_p: oh... BUMN jeung Pegawai negeri sarua teu nya gajina?
[10:50] askarinayualia: sigana sih henteu..
[10:50] ivanhadi_p: Bingung urang ge uy
[10:51] ivanhadi_p: di dieu gaji lumayan tapi kontrak, bisa dibuang kapan saja
[10:52] ivanhadi_p: maneh kumaha yakin jadi pns?
[10:53] askarinayualia: tah eta teuing tah
[10:53] askarinayualia: maneh geus maca perjanjian na?
[10:53] askarinayualia: lamun geus lulus kabeh proses seleksi trus ngundurkeun diri beunang denda 10jt bo..!!
[10:54] ivanhadi_p: yang gitu mah bisa diatur
[10:54] askarinayualia: trus kan hrs bersedia ditempatkan di seluruh wil NKRI
[10:55] ivanhadi_p: nah itu yang ga bisa diatur!
[10:55] ivanhadi_p: kumaha tah?
[10:55] askarinayualia: bimbang..!!
[10:55] askarinayualia: :-/
[10:56] ivanhadi_p: bimbang sekaligus hayang....
[10:56] askarinayualia: enya..
[10:57] ivanhadi_p: dipikir-pikir naon atuh ngeunahna jadi pegawai ngeri?
[11:01] askarinayualia: masa kerja sudah jelas
[11:01] askarinayualia: tunjangan jg..
[11:01] askarinayualia: dijamin ku pamarentah
[11:02] askarinayualia: tapi pasti ditempatkeun di luar kota heula da
[11:02] ivanhadi_p: tunjanganna make duit rakyat nya?
[11:02] ivanhadi_p: dosa teu sih ngalebok duit rakyat? trus gawe ngan saukur cicing!
[11:03] askarinayualia: nah eta nu jadi pemikiran idealis urg ti baheula
[11:03] askarinayualia: urg teu hayang jd PNS
[11:03] askarinayualia: tapi aya kesempatan kieu asa jadi kabita
[11:04] ivanhadi_p: sama........
[11:04] ivanhadi_p: idealis selalu kalah oleh masalah perut, masalah klassix

[11:12] ivanhadi_p: mau jadi idealis atau.........?


NB : To Askarina Ayu Alia, maaf telah mempublikasikan obrolan kita tanpa seijin kamu.

I'm sorry emotion tidak tertampil maklum bego teknologi.

From Hell to Bandung 1

Malam minggu yang cukup lenggang di Jakarta, tak seperti biasanya padat oleh kendaraan dan polusi, polusi lalu lintas. Perjalanan dari Grogol ke Bandung cukup cepat hanya 3 jam , dapat menghemat waktu sekitar 1 jam dari biasanya (Hah Are you kidding). Naik bis Mayasari yang murah dari Grogol ke arah Cawang memakan waktu sekitar 45 menit. Situasi bis cukup menjengkelkan sangat sesak, panas, dan bis banyak ngetem. Tapi itulah fasilitas yang didapat jika hanya membayar 2500 perak. Transportasi di Indonesia memang perlu banyak perubahan terutama dalam hal kenyamanan.

Sampai di Cawang menunggu bis dari kampung rambutan ke Leuwipanjang. Cawang memang menjadi terminal bayangan di Jakarta karena hampir semua angkutan umum dari dan menuju kampung rambutan mampir disini. Hanya dua menit bis yang dinanti telah tiba, suasananya kosong mungkin karena sudah banyak orang yang pergi ke Bandung sehari sebelumnya. Sebenarnya banyak pilihan armada selain bis untuk menuju Bandung dari Jakarta, mulai dari Travel yang menjamur, Kereta Api, dan Pesawat terbang.

Semenjak dibangunnya tol Cipularang pada tahun 2005, kereta api nampaknya bukan pilihan utama, karena waktu tempuhnya lama ditambah sering terjadi kecelakaan di moda transportasi ini. Bis menjadi moda transportasi yang cukup murah namun juga memiliki kelemahan karena bis sering ngetem seenaknya untuk cari penumpang, jadi waktu tempuhnya sama saja dengan kereta, lama. Travel nampaknya menjadi pilihan yang cukup diminati karena selain jarang ngetem, waktu tempuh yang cukup cepat harganya pun cukup bersaing tidak terlalu mahal. Alternatif terakhir adalah pesawat terbang, namun terlalu mahal dan terlalu cepat jika harus menggunakan pesawat ke Bandung, perjalanan menjadi tidak menyenangkan. Dan pilihan saya tetap menggunakan bis, karena selain murah rumah saya cukup dekat dari terminal Leuwipanjang. Waktu tempuh bukan masalah.

Bis mulai berjalan lambat saat memasuki tol Cikampek. Kendaraan besar merajai jalanan tol yang sempit sedangkan mobil-mobil kecil menyalip satu persatu The Big Truck hingga menembus bahu jalan dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Resiko mati adalah harga yang harus dibayar dalam perjalan ke timur ini. Perjalanan dari neraka ke Bandung. Bis yang ditumpangi tak henti-hentinya menyetel vcd dangdut yang suaranya nggak karuan dan menampilkan goyang erotis tapi tidak membangkitkan nafsu, melainkan menjijikan. Tidur adalah pilihan terbaik namun musik itu terus mengganggu. Saya pikir musik itu adalah kesukaan sang supir, Dasar supir cabul.

Di sekitar Cikarang yang penuh dengan pemandangan pabrik, bis sudah berjalan cepat mampu berlari hingga 80 km/ jam mungkin karena sang diesel sudah mencapai titik panasnya atau jalanan yang memang lowong. Di pinggir tol juga nampak jejeran truk-truk yang sedang beristirahat atau sang supir hanya sekedar bersetubuh melepaskan hasrat pada pelacur-pelacur jalanan. Ah hanya sekedar dugaan, tak semua supir truk berbuat seperti itu karena yang tampak hanyalah truk-truk yang sedang diperbaiki komponennya.

Perlahan tapi pasti bis melaju menuju tol Cipularang. Jalan tol sudah mulai tidak enak dikendarai karena permukaannya tidak rata. Jalan tol ini memang baru tapi sangat jauh berbeda kualitasnya bila dibandingkan dengan tol Cikampek, sangat buruk. Usut punya usut jalan tol tersebut dibuat oleh kontraktor lokal atau lebih tepatnya pemerintah (PT Adhi Karya dan Waskita) dan juga dibuat dengan terburu-buru karena mengejar deadline untuk Konferensi Asia Afrika ke 50 di Bandung pada tahun 2005, jadi kualitas pengerjaan mulai diabaikan. Hal ini terbukti dengan beberapa kali amblasnya ruas tol ini, terutama di km 91-93 atau di sekitar Pasirhonje, Sukatani Purwakarta. Jalur itu rawan karena itu zona kerentanan tanah tinggi. Jalur itu, melintas di atas formasi Jatiluhur yang batuannya berupa batu lempung. ''Batu lempung itu jika kena air maka akan mengembang. Sehingga, menyebabkan badan jalan di atasnya ambles, retak-retak, atau bergelombang''. Cara yang ditempuh untuk mengatasi amblesan jalan itu dengan cut and fill tanah, pembuatan tiang pancang, atau pembuatan jalan layang. Namun kontraktor cenderung mengabaikan kondisi ini, mungkin juga karena alasan biaya.

Dua jam setelah perjalanan, bis mulai memasuki wilayah Padalarang. Karena jalan tol dibuat diatas bukit-bukit maka terlihat gemerlap lampu-lampu yang berkilauan di Padalarang. Suasana malam yang sepi mendadak terasa ramai dengan kilauan cahaya, sama halnya dengan pasar malam. Bis yang ditumpangi tidak langsung menuju Bandung namun singgah sejenak di Padalarang untuk menurunkan penumpang yang berdomisili disana.

Bis yang ditumpangi kembali masuk ke dalam tol untuk menuju Bandung namun berputar arah dulu di Kota Baru Parahyangan. Kota Baru Parahyangan adalah sebuah komplek hunian mewah yang serba lengkap di daerah Padalarang. Didalamnya terdapat sekolah, universitas, rumah sakit, dan pusat perbelanjaan. Sebuah hunian yang nyaman dan mahal serta masyarakatnya yang sudah pasti individualis.

Reklame-reklame pusat perbelanjaan, Factory Outlet, restoran dan hotel mulai menunjukkan taringnya di jalan tol. Target mereka adalah orang-orang kaya yang singgah ke Bandung terutama dari Jakarta. Reklame itu mulai terlihat seperti sampah dan mengganggu pemandangan yang indah di kota ini. Tapi yang membuat sesak adalah VCD dangdut cabul yang disetel si Supir belum juga dihentikan. Gila! Mungkin si supir punya banyak stock VCD cabul.

Wangi hujan sudah tercium ketika kaki menginjak bumi. Wangi yang sudah lama tak tercium sejak berhijrah ke neraka Jakarta. Dan suara orang-orang yang dulu kukenal sayup sayup memanggil namaku. Dengan senyuman tanda puas perjalanan dari neraka kuakhiri di sebuah rumah sederhana, rumah di perempatan gang kecil yang hanya muat dimasuki satu mobil, rumah dimana aku dibesarkan dengan hati.

Selasa, 02 Oktober 2007

”Maaf Saya Bukan Penggemar Ustadz favorit Anda.

Saya selalu melihat bulan puasa adalah bulan euforia, sama seperti bulan Agustus yang menjadi euforianya nasionalisme. Saya selalu melihat kemunafikan membabi buta dan ayat-ayat Tuhan dijadikan komoditi. Komoditi yang menggiurkan seperti CPO dunia yang tak ada habis-habisnya. Maka secara hukum ekonomi banyak pemain yang terlibat di dalamnya, mereka adalah ustadz-ustadz selebritis.

Saya sudah tidak tertarik sama si Jeffry, Arifin. Dan si Gymnastiar. Begitu pun dengan ustadz-ustadz yang sering muncul di TV. Mereka semua terlalu over, membawakanayat-ayat Allah hanya untuk bahan cari popularitas. Maaf jika para pengemar ustadz-ustadz ini tersinggung, tapi saya tetap pada pendirian saya. Lalu ketika anda berfikir saya bukan islam, anda salah saya masih islam walaupun hanya Islam KTP. Tapi saya tidak sendiri, karena yang Islam KTP jumlahnya jutaan di Indonesia.

Ustadz Jeffry Al Buchori alias Uje, begitulah namanya disebut di Televisi. Ustadz gaul ini kerap muncul di sela-sela sebelum bedug maghrib, saat sahur, Iklan produk, acara-acara musik Ramadhan, pengajian rutin mingguan, wah pokoknya banyak deh. Bayangkan berapa penghasilannya sebulan, tentu sangat besar dan jauh bila dibandingkan dengan buruh kontrak seperti saya. Eksploitasi yang besar-besaran dari media lah yang membuat dia kehilangan esensi keagamaannya. Sehingga dikhawatirkan dia bukan ceramah berdasarkan agama tetapi uang.

Uje juga sering mengisahkan masa lalunya sebagai pecandu narkoba dan kemudian bertaubat menjadi ustadz. Bagus memang tapi jika terlalu di ekspos orang-orang juga bosan mendengar celoteh seperti itu. Hal yang membuat saya yakin dia sebagai selebritis adalah seringnya dia menyanyi di berbagai acara bahkan dia sudah membuat album. Dan apakah dia sadar bahwa saat dia bernyanyi-nyanyi banyak orang yang menangis kelaparan.

Ustadz Arifin Ilham, sama seperti Uje sering tampil di televisi terutama di sinetron hidayah dan acara-acara dzikir. Ustadz ini adalah ustadz yang sangat rajin berzikir, mengagungkan nama Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad. Lalu apa yang salah dengan dia, jawabannya tidak ada. Saya hanya tidak suka melihat orang yang individual. Individual dalam artian terlalu sibuk berurusan dengan Tuhan sedangkan manusia-manusia disekelilingnya banyak yang menderita. Tugas manusia adalah memberikan manfaat di sekitarnya. Apakah semua urusan bisa diselesaikan dengan doa dan dzikir. Doa dan dzikir adalah obat hati, tapi ikhtiar adalah pergerakan.

Abdullah Gymnastiar a.k.a Aa Gym, seorang ulama asal Bandung yang mengajarkan kesederhanaan, kepedulian terhadap lingkungan, serta kemampuan mengelola hati. Secara prinsipal dia merangkum ajarannya dalam tema Manajemen Qalbu. Tema ini pula lah yang dia jadikan sebagai merek dagang, tapi dia lebih memilih menyingkatnya menjadi MQ. Sejalan dengan kondangnya Aa Gym, MQ pun menjadi perusahaan besar dan mempunyai berbagai macam usaha seperti MQ TV, MQ radio, MQ busana, MQ travel, MQ mini market dan masih banyak lagi.

Ajaran Aa gym menurut saya adalahajaran yang paling relevan bagi bangsa kita saat ini. Banyak warga miskin yang dia bantu untuk usaha atau bekerja sehingga tidak menjadi sampah masyarakat. Para santri pun dia latih agar menjadi santri siap guna, agar kelak si santri tidak hanya pandai mengaji tetapi juga menjadi manfaat di sekelilingnya. Sayang sekarang pamornya turun karena poligami, sebuah perbuatan yang kurang disukai di negeri ini terutama bagi kaum hawa. Media massa yang dulu mengangkat namanya kini menjatuhkannya bertubi-tubi, menegaskan bahwa media massa terutama acara Gossip adalah kadal kemunafikan. Tapi saya tidak peduli dengan poligami yang dilakukan Aa, bukan urusan yang mendesak untuk diperdebatkan sehingga melupakan masalah yang sebenarnya terjadi.

Suatu hal yang menjadi ketidak sukaan saya terhadap Aa Gym adalah karena dia terlalu dekat dengan pejabat. Sudah jelas mereka itu korup dan menyengsarakan rakyat, jadi jangan kompromisama mereka. Pejabat-pejabat itu sering mengundang ulama seperti Aa Gym untuk berceramah di tempatnya dengan iming-iming uang yang esar untuk mengalihkan perhatian ulama kepada pengajian masyarakat yang berkantung tipis. Pejabat-pejabat itu juga ingin mengesankan bahwa mereka itu dekat dengan ulama sehingga mereka bisa dicap sholeh. Dan dengan begitu angkah untuk kembali enjadi penguasa terbuka lebar.

Dosa ustadz ustadz ini tentu tidaklah sebesar dosa saya, seorang kafir yang tidak pernah menjalankan sholat hanya karena alasan miris melihat banyak orang sholat tetapi masih membunuh, memperkosa, korupsi, dan memfitnah. Ustadz-ustadz ini hanya terjebak pada eksploitasi kapitalisme televisi. Mereka menjadi produk peningkat rating sehingga banyak para pengiklan yang beriklan di stasiun TV. Para ustadz-ustadz ini cenderung menjadi sahabat para pejabat-pejabat yang jelas sering menyengsarakan rakyat. Padahal seharusnya kaum ulama dapat menjadi kaum kebenaran dan keadilan, tetapi yang terjadi mereka menjadi kelas sosial yang baru. Saya sangat rindu akan hadirnya ulama ulama seperti H. Agus Salim, dan Buya Hamka yang berani berjuang bersama rakyat. Sayangnya ustadz-ustadz yang berpengaruh saat ini sudah di plot sebagai selebritis untuk main sinetron, menyanyi, dan di gossipkan. Jadi ketika anda sudah mengidolakan para ustadz selebritis, saya hanya bisa berkata ”Maaf Saya Bukan Penggemar Ustadz favorit Anda.